TRADISI PENYUSUNAN KAMUS ARAB
Telah kritis tentang Sejarah
Leksikografi Arab
Akhmad Saebudin
Pada
mulanya, sebelum
dimulainya tradisi tulisan, setiap bahasa berkembang hanya
pada
tradisi lisan. Akan tetapi, tradisi lisan
ternyata tidak bisa menjaga kelangsungan
hidup
bahasa, sehingga banyak bahasa yang lenyap akibat tidak mengenal tulisan
seperti
bahasa Semit Induk, Aramae, Akadea, dll.
Sebagai
sarana untuk berpikir, bahasa terus berkembang sesuai dengan berkembangnya
pemikiran itu sendiri, sehingga manusia tidak bisa
lagi menghafal semua kekayaan
bahasanya, walaupun seorang yang jenius dan
sangat kuat hafalannya.
Ia
terkadang dihadapkan dengan kata-kata yang tidak jelas, Di sinilah pentingnya
sebagai
referensi. Sebelum masa Dinasti Abbasiyah, bangsa Arab belum mengenal
penyusunan kamus karena beberapa hal diantaranya
;
1. Meratanya buta huruf dikalangan
bangsa Arab
2.
Tabiat
kehidupan mereka yang suka berperang dan hidup no-maden, sehingga
menjauhkan nya dari tradisi tulis
menulis
3. Bahasa Arab menurut mereka merupakan bahasa
percakapan, pidato, dan syair
Secara
historis bangsa Arab bukanlah bangsa pertama yang berhasil menyusun dan
mengumpulkan
fenomenan kebahasaan mereka kedalam sebuah kamus, karena sebelumnya
sudah
ada tiga bangsa yang mendahuluinya, lebih dari seribu tahun jaraknya, dalam hal
penyusunan
kamus,
ketiga bangsa itu adalah :
Ø
Bangsa
Assyria yang pernah menyusun kamus karena khawatir hilangnya
bahasa
mereka
Ø
Bangsa
Cina, ada dua kamus penting yang dikenal dan merupakan dasar
perkamusan
bangsa Cina dan Jepang yaitu Yu Pien yang dicetak tahun 530 M
dan
kamus Show Wan yang dicetak tahun 150 SM
Ø
Bangsa
Yunani, kebanyakan kamus nya menghimpun kosa kata – kosa kata
yang
berkaitan dengan pidato – pidato, filsafat dan kedokteran. Yulius Polux adalah
kamus
pertama mereka yang disusun berdasarkan tema
Walaupun demikian, bangsa Arab merupakan bangsa pertama yang menyusun
kamus secara lengkap dan cermat dalam artian seperti yang dikenal sekarang.
Penyusunan
kamus
Arab ini dimulai setelah turunnnya Al-Qur’an, ketika kaum Muslim menghadapi
kesulitan
memahami beberapa kata dalam Al-Qur’an. Rasulullah lah yang menjelaskan
kesulitan-kesulitan
itu, dan para sahabat mencatatnya. Ibn Abbas adalah orang yang paling
berjasa
dan paling mengetahui kesulitan-kesulitan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar